HARI ini saya memimpikan kehadiran para bijak bestari, ugahari, cerdas dan para pencinta. Syams al-Din Muhammad al-Syahrzuri (w. 1288 M), dokter dan filsuf muslim, mengatakan:
فَالزَّمَانُ قَدْ خَلَا عَنْ أَمْثَالِ هَؤلاءِ الْفُضَلاءِ ,وَصَارَ الَخلْقُ كُلُّهُمْ إِلَّا مَاشَآءَ الله – مَغْمُورِيْنَ اِبلَْجهَالَةِ ) الُجهَلَاءِ( . فَإِنْ كُنْتَ من الطالبين المجدين َفعَلَيْكَ باتِّبَاعِ اَثَرِهِمْ والفَحْصِ عَنْ حَقِيقَةِ خَبَرِهِمْ .
“Zaman telah sepi dari kehadiran orang-orang seperti mereka (Para bijakbestari). Umat manusia diliputi ketidakmengertian. Bila kita seorang intelektual yang rajin dan pemikir yang memperoleh petunjuk Tuhan, seyogyanya mengikuti jejak mereka dan mencari-cari dengan serius kabar mereka”. (Nuzhah al-Arwah wa Raudhah al-Afrah, hlm. 3).
Mereka hadir untuk mendidik bangsa dan para pemimpin. Pendidikan menurut mereka adalah proses mengembangkan tanpa henti atas potensi-potensi manusia: hati, ruh, jiwa, akal budi dan hasrat untuk menjadi berbudi luhur, tercerahkan dan menyatu dalam cinta. Tubuh menjadi media bagi jiwa menuju Yang Satu. The One.