FARID al-Din al-‘Attar menulis “Mi’raj” Nabi, dalam puisi manis:
Pada malam hari datanglah Jibril
Dengan suka cita ia berseru:
“Bangunlah, Duhai pemimpin dunia!
Tinggalkan tempat gelap ini dan pergilah kini
Ke Kerajaan Abadi Tuhan
Langkahkan kakimu menuju di mana tiada tempat’
Dan ketuklah pintu tempat suci itu
Di Kasymir, India, isra’-mi’raj disambut dengan nyanyian rakyat (folklor).
O. Muhammad
Para Malaikat menyambutmu: “Selamat Datang”
Berkata pula para penghuni sorga ;
“Selamat Datang, Muhammad,
Seratus kali selamat Datang!”
Di puncak cakrawala Nabi bertemu dalam keintiman bersama Sang Kekasih. Tetapi Nabi merindui umatnya. Ia meminta pulang ke bumi. Ia ingin mengajarkan keintiman bersama Tuhan. Ia mengajarkan Shalat.
Dan ia mengatakan: “Ju’ilat Qurratu ‘Aini fi al-Shalah” (mataku berbina-binar manakala aku shalat).
Seorang sufi penyair mengatakan: “Mengatakan cinta adalah mudah, tetapi ia perlu bukti” Lalu apakah buktinya?.
Sufi itu mengatakan lagi: “Inna al-Muhibb li Man Yuhibb Muthi’u”. Seorang pecinta akan setia kepada kekasihnya”.