SUDAH sering aku diprotes, dikritik, disindir dan disesatkan, gara-gara memilih pendapat yang tak populer, minoritas (bukan jumhur/mayoritas). Nadanya menggurui dan mengindoktrinasi.
Ada juga yang protesnya begini: “kok mengikuti yang sedikit, yang “syaz”, sih?
Lalu ada yang lebih intelek dengan mengajukan proses dialektis. “Manakah yang Anda pilih: pendapat yang banyak tapi tidak adil atau pendapat yang sedikit tapi adil?, tanya temanku.
Aku memilih yang sedikit tapi adil. Karena keadilan adalah essensi dan tujuan dari hukum.
“Kalau aku sih pilih yang banyak yang adil”, katanya lagi.
“Tentu saja, tapi itu bukan memilih di antara dua hal”.
“Mana dalilnya”.
Banyak, antara lain ini:
وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا
“Apabila kalian memutuskan/ menetapkan hukum di antara manusia, haruslah kalian menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (Q.S. al-Nisa, 58).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Maidah, 8).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَىٰ أَنْفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ ۚ إِنْ يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَاللَّهُ أَوْلَىٰ بِهِمَا ۖ فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوَىٰ أَنْ تَعْدِلُوا ۚ وَإِنْ تَلْوُوا أَوْ تُعْرِضُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan”.
Bahkan mengikuti pendapat orang hanya karena mayoritas, bisa menyesatkan.
وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ
Dan jika kamu mengikuti pendapat mayoritas di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).
Kaidah Hukum
اذا وجد العدل فثم شرع الله ودينه
“Di mana ada Keadilan di situlah Hukum (aturan) Allah dan agama (norma universal)”.
Di tempat lain dalam sebuah hadits dinyatakan: “nominal kalian banyak, tetapi kalian bagai buih air laut”.
Sesudah itu biasanya akan dikatakan “Adil itu bagaimana”?. Atau “Adil itu kan bukan berarti sama atau setara”?.