Tadi malam, 09 Maret 2017, jam 22.00 di sebuah rumah makan, dua orang wartawan koran bercerita tentang kasus e-KTP yang konon melibatkan puluhan tokoh, pejabat dan lain-lain, yang semuanya mengaku beragama. Di antara mereka ada yang mengerti agama, putra tokoh agama, dsb.
Seorang menyebut: si A dapat bagian sekian ribu dolar Amerika, si B sekian ribu dst. Keduanya tampak emosi. Seorang lalu bilang: “Kalau begitu agama untuk apa? Beragama ternyata tidak memengaruhi orang menjadi baik. Aku pikir tanpa agama atau tidak beragama juga orang bisa menjadi baik, bukankah begitu?”.
Pernyataan dan pertanyaan itu menyentak dan menggelisahkan.
Aku lalu mengatakan: “Agama selalu hadir untuk membuat orang/ manusia menjadi baik, saleh, menjauhi yang diharamkan Tuhan, antara lain korupsi, meninggalkan keburukan, caci maki, hoaks, fitnah, memerintahkan rendah hati, kasih sayang kepada sesama, menolong yang lemah, menganjurkan sedekah, dll.
Jika ada orang beragama melakukan sebaliknya, maka dia tidak menjalankan ajaran agama. Hatinya gelap, mengabaikan Tuhan.
10/03/2017